Monday, October 14, 2013

[INDONESIAN FIC] key to my life (Kiyoharu x Ryutaro)

Author: Kageri Ai Mori
Rate: PG
Pair: Kiyoharu x Ryutaro Arimura (Plastic Tree)
BGM: key to my life / no matter what - Boyzone

Author notes: ini kynya AU juga yah.. pokoknya mohon maaf kalo image Ryutaro disini agak2 beda dan OOC. btw,please enjoy.. ini fanfic yg saya bikin pas lagi nunggu boarding pesawat di tempat transit,cuma 2 jam langsung jadi ^^

Story:
Ryutaro Arimura menutup pintu apartemennya. Sinar matahari pagi di Tokyo tampaknya masih belum cukup untuk mengusir rasa dingin yang menerpa dirinya hari ini. Tidak heran, karena hari ini musim dingin telah tiba.
Ryutaro merapatkan jaketnya. Ia harus segera pergi menuju minimarket dan juga petshop untuk membeli makanan dan juga shampoo kucing untuk Kuro. Kuro adalah peliharaannya satu-satunya. Seekor kucing hitam yang selalu menemaninya dalam keadaan apapun.
Ryutaro memutuskan untuk membeli semua keperluannya di minimarket baru akhirnya ia menuju ke petshop. Petshop ini adalah tempat langganannya, ia biasa berbelanja segala keperluan Kuro disini.
Begitu masuk ke dalam petshop dan menyapa ownernya, Ryutaro segera menuju ke tempat makanan kucing dan membeli makanan kucing untuk Kuro, lalu ia segera mengambil shampoo kucing yang biasa dipakai Kuro. Setelah selesai berbelanja dan petugas petshop sudah membungkus pesanannya, mata Ryutaro melihat sebuah aksesoris kucing yang lucu namun ketika ia berbalik, ia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang laki-laki.
”Ah, gomenasai,” ujar Ryutaro dengan sopan sambil membungkukkan badannya.
”Tidak apa-apa, maaf aku sedang buru-buru,” laki-laki itu mengambil bungkusannya yang terjatuh. Ryutaro hanya sempat melihat laki-laki itu memiliki rambut yang agak panjang berwarna coklat dan tangannya dihiasi oleh tato. Laki-laki itu kemudian beranjak keluar dari petshop tersebut.
Ryutaro masih terdiam dan mengambil bungkusannya yang juga terjatuh. Semua barang keperluannya yang ia beli di minimarket tidak ada yang hilang, namun begitu ia melihat bungkusan yang seharusnya berisi makanan dan shampoo Kuro, ia justru melihat makanan anjing.
”Eh? Kenapa jadi makanan anjing?” Ryutaro agak heran tapi ia akhirnya menyadarinya bahwa bungkusan yang ia bawa tertukar dengan laki-laki tadi. Ryutaro segera keluar dan mengejar laki-laki tadi. Pasti ia masih belum jauh. Ryutaro melihat laki-laki itu berhenti di sebuah tempat parkir dan sedang berada di sisi sebuah mobil jaguar yang terparkir disana.
”Tunggu,” panggil Ryutaro sambil berlari menghampirinya. Laki-laki itu menoleh.
”Ah, ada apa?” tanya laki-laki itu dengan heran.
”Bungkusan kita tertukar,” jawab Ryutaro sambil mengatur nafasnya dan berdiri di dekat laki-laki itu.

***

Kiyoharu Mori menatap laki-laki muda yang berdiri di hadapannya. Ia sebenarnya tidak terlalu ingat dan tidak mengerti kenapa laki-laki ini tiba-tiba memanggilnya. Kiyoharu menatap laki-laki itu yang sedang mengatur nafasnya. Ia membawa sejumlah bungkusan di tangan kanannya. ”Ah, ada apa?” tanya Kiyoharu.
”Bungkusan kita tertukar,” jawab laki-laki itu.
Kiyoharu menatap laki-laki ini dari atas ke bawah. Wajahnya terlihat begitu rupawan, rambut hitamnya yang lurus dan kulitnya yang putih entah kenapa membuat Kiyoharu tertarik.
”Makanan kucingku terbawa olehmu,” lanjut laki-laki itu lagi.
Kiyoharu tersadar dari lamunannya. Ia lalu mengecek barang bawaannya. Benar saja, ternyata ia malah membawa makanan kucing dan shampoo kucing, padahal ia sama sekali tidak memelihara kucing. Ia hanya memiliki 2 ekor anjing di rumahnya.
”Ah, maaf. Aku tidak menyadari kalau aku membawa barang yang salah,” Kiyoharu memberikan bungkusan itu pada laki-laki di hadapannya. Tangan mereka sempat bersentuhan. Tangan laki-laki itu begitu halus. Kiyoharu menatap laki-laki itu sekali lagi.
Mendadak ia tidak ingin melepaskan tangan laki-laki itu.

***
Ryutaro menatap tangannya yang digenggam oleh pria di hadapannya ini. ’Kenapa dia tidak mau melepaskan tanganku? Jangan-jangan dia adalah salah satu pria mesum yang suka melecehkan laki-laki. Atau jangan-jangan dia mau menculikku,’ Ryutaro mulai panik tapi ia berusaha tetap tenang. Berbagai pikiran mulai melayang dalam benaknya. Mulai dari laki-laki ini adalah seorang penjahat, sukebe atau justru anggota yakuza. Tapi kemudian pria itu mengatakan sesuatu. ”Namaku Mori Kiyoharu, siapa namamu?”
Dengan sedikit ragu-ragu, Ryutaro menjawab, ”Arimura Ryutaro,”
Pria bernama Kiyoharu itu baru saja akan mengatakan sesuatu ketika handphone-nya berbunyi. Ia buru-buru menjauh dan menjawabnya. Momen itu dimanfaatkan oleh Ryutaro untuk segera meninggalkan pria itu.

***

Beberapa hari setelah kejadian itu
Ryutaro baru saja mendapatkan telepon dari temannya, Mao, untuk bertemu dan makan-makan karena Mao sedang merayakan ulang tahunnya. Ryutaro segera bersiap-siap menuju ke tempat yang telah dipesan oleh Mao.
Sesampainya disana, Mao langsung menyambutnya dengan ramah, ”Ryutaro-san, akhirnya kau datang juga,”
Ryutaro balas menyapa Mao sambil tersenyum tanpa menyadari ada seseorang di dekat Mao. ”Ah, iya, kenalkan, ini Kiyoharu-san,” Mao mengenalkan pria yang berdiri di dekatnya.
Kiyoharu menatap Ryutaro sambil tersenyum, ”Hai,” sapanya.
Ryutaro pertama kali hanya menganggukkan kepalanya, namun begitu ia mengangkat kepalanya dan menyadari orang yang berdiri di hadapannya, ia terlihat agak kaget, ”Aaaaah!” serunya.
”Kita bertemu lagi,” Kiyoharu terlihat senang.
”Eh? Kalian sudah saling kenal?” Mao terlihat heran.
”Kami tidak sengaja bertemu di petshop saat bungkusan yang kami bawa tertukar,” jelas Kiyoharu.

***

Kiyoharu menatap Ryutaro yang berdiri di hadapannya, Ryutaro kali ini agak berbeda dengan Ryutaro yang ia temui waktu itu. Tapi satu hal yang pasti, rasa tertarik Kiyoharu pada Ryutaro masih ada. Entah mengapa. Ia sendiri tidak mengerti.Padahal mereka baru saja bertemu, tapi ia sudah bisa mengingat wajah Ryutaro dengan jelas. Kiyoharu sempat tersenyum saat Ryutaro jadi agak salah tingkah dan hanya menundukkan kepalanya ketika Kiyoharu memperhatikannya.

***

Ryutaro merasa risih diperhatikan oleh Kiyoharu yang melihatnya dari atas ke bawah. Entah apakah ada yang aneh dengan dandanannya atau dengan bajunya yang membuat Kiyoharu jadi begitu memperhatikannya. ’Sukebe ini, jangan-jangan dia berniat macam-macam denganku. Aku sama sekali tidak menyangka kalau dia adalah teman Mao,’ Ryutaro menatap Kiyoharu dengan curiga. Begitu Kiyoharu menjauh dari Mao dan menuju ke teman-temannya, Ryutaro segera bertanya pada Mao yang sedang menikmati minumannya, ”Mao-kun, kau sudah lama mengenalnya?”
”Siapa? Kiyoharu-san? Ya, cukup lama. Aku sangat mengaguminya. Dia itu sungguh hebat lho, Ryutaro-san. Dia musisi yang sangat berbakat,” jawab Mao dengan semangat. Sepertinya Mao memang sangat mengagumi Kiyoharu.
”Kau juga mengagumi Kiyoharu-san?” tanya Mao pada Ryutaro yang tampaknya sedang memikirkan sesuatu.
”Tidak sama sekali,” jawab Ryutaro. Dalam hati, Ryutaro jadi merasa penasaran mengapa Mao bisa begitu kagum pada Ryutaro. Setelah pulang dari pesta itu, ia mulai mencari semua informasi tentang Kiyoharu. Benar saja, rupanya Kiyoharu adalah salah satu musisi berbakat di Jepang. Selain itu ia juga desainer baju dan aksesoris dan seorang produser rekaman. Tapi Ryutaro masih tetap pada keputusannya semula, bahwa ia tidak tertarik pada Kiyoharu. Sayangnya Ryutaro jadi terpaksa menelan kata-katanya sendiri karena tanpa ia sadari ia jadi menyukai Kiyoharu ketika Kiyoharu begitu perhatian padanya. Sejak Kiyoharu memiliki nomor telepon Ryutaro dan juga alamat emailnya,ia jadi sering menghubungi Ryutaro untuk menanyakan keadaannya, meskipun Ryutaro selalu terkesan cuek dalam membalas perhatiannya.

***

Sejak mereka dipertemukan di pesta Mao, Kiyoharu memang jadi lebih aktif mendekati Ryutaro. Ia bahkan hadir saat Ryutaro melakukan perform dengan bandnya yang bernama Plastic Tree atau Puratori. Ryutaro sendiri masih bersikap seolah tidak terlalu peduli. Seperti hari ini, lagi-lagi Kiyoharu datang di perform bandnya. ”Kiyoharu-san rajin sekali datang ya,” komentar Tadashi ketika ia melihat Kiyoharu sedang berbicara dengan Kenken, drummer mereka.
”Sepertinya dia tidak punya kerjaan lain selain mendatangi kita,” komentar Ryutaro dengan cuek.
”Ryu-kun, otsukaresama. Perform kalian benar-benar bagus,” ujar Kiyoharu.
”Terima kasih,” jawab Ryutaro singkat.

***

Kiyoharu hanya bisa tersenyum melihat Ryutaro yang masih terlihat begitu dingin padanya. Namun itu bukan berarti ia akan menghentikan langkahnya mendekati Ryutaro. Kali ini ia yakin, ia menyukai Ryutaro. Karena itulah begitu ada kesempatan berdua dengan Ryutaro, ia langsung memanfaatkannya dengan berfoto berdua dengan Ryutaro. ”Hey, Ryu-kun,” panggil Kiyoharu ketika Ryutaro baru saja akan pergi meninggalkannya.
Ryutaro menoleh. ”Ada apa?”
”I love you,” ujar Kiyoharu sambil tersenyum.
Ryutaro terdiam, berusaha mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Kiyoharu. Begitu ia menyadarinya ia langsung berujar, ”Eeeeh? Maksudmu?” wajahnya sedikit memerah.
”I love you and Puratori,” lanjut Kiyoharu sambil meledek Ryutaro. Wajah Ryutaro yang sedang memerah begitu benar-benar membuatnya senang. Ryutaro biasanya selalu poker-face, bersikap dingin bahkan terhadapnya. Karena itu melihat Ryutaro bisa begitu ekspresif, sangat membuat Kiyoharu senang. Berbeda dengan Mao yang memang begitu ekspresif, Ryutaro menarik perhatiannya karena ia begitu tenang. Ryutaro selalu membuatnya penasaran. Tanpa disadari Kiyoharu bahwa makin lama ia makin tidak bisa menghilangkan Ryutaro dari pikirannya.

***

Kiyoharu mengundang Ryutaro untuk datang ke acara live-nya. Kebetulan Ryutaro memang sedang punya waktu luang. Tadashi langsung mengajaknya ke pertunjukkan Kiyoharu tersebut, namun Ryutaro langsung menolaknya. ”Tidak mau, lebih baik aku bersama Kuro saja,”
”Ya sudah, terserah kau saja,” Tadashi lalu menuju ke ruangan lain.
Ryutaro bukannya membenci Kiyoharu atau tidak menyukainya. Namun ia menyadari bahwa ia justru menyukai Kiyoharu. Sebenarnya Ryutaro sangat senang ketika Kiyoharu mengajaknya ke live-nya, tapi selama ini Ryutaro selalu bersikap dingin padanya. Ia tidak ingin orang-orang menganggapnya mendekati Kiyoharu hanya untuk menjadi terkenal. Kiyoharu sudah lebih dulu memulai karirnya dan lebih dulu terkenal. Ryutaro merasa tidak sebanding dengannya. Ryutaro menghela nafasnya. Ryutaro sudah lama menutup hatinya dan ia tidak menyangka bahwa ia justru tertarik dengan orang seperti Kiyoharu.
Ryutaro menatap tiket live Kiyoharu yang ia letakkan di meja. Dengan ragu-ragu ia mengambil tiket itu. Mungkin lebih baik bila ia datang diam-diam saja tanpa diketahui oleh Kiyoharu. Paling tidak ia tidak harus bertemu dengan Kiyoharu.
”Akhirnya kau memilih untuk datang juga,” ujar Tadashi mengagetkan Ryutaro yang tanpa sengaja langsung menjatuhkan tiketnya.
”Aku hanya tidak ingin tiket ini jadi sia-sia. Tapi kita hanya akan melihat dari kejauhan ya?” ujar Ryutaro sambil mengambil tiket yang terjatuh tadi.
Hanya saja semua yang diharapkan Ryutaro itu tidak terjadi karena Tadashi justru membawanya ke backstage menemui Kiyoharu.

***

Seminggu kemudian
Kiyoharu membuka pesan yang tertera di layar handphonenya. Lagi-lagi dari wanita. Posisinya sebagai seorang eksekutif di perusahaan rekaman, pemilik sebuah butik dan toko aksesoris serta penyanyi membuatnya banyak diincar oleh wanita. Dulu ia memang dikenal sebagai seorang playboy. Tidak susah baginya untuk memilih wanita yang ia inginkan. Tapi kali ini hanya ada satu orang yang ia inginkan. Satu orang yang mengisi pikirannya. Satu orang yang membuatnya tidak akan berhenti sebelum ia berhasil mendapatkannya. Arimura Ryutaro. Kiyoharu menatap sebuah foto di handphonenya. Fotonya bersama Ryutaro. Ia lalu tersenyum. Ia mencoba menghubungi Ryutaro namun tidak ada jawaban. Setelah 3 kali mencoba menghubungi Ryutaro dan sama sekali tidak mendapatkan jawaban, Kiyoharu kemudian menghubungi Tadashi.
”Ryu-kun? Biasanya jam segini dia sedang berada di onsen,” jawab Tadashi ketika Kiyoharu bertanya dimana Ryutaro berada.
”Onsen ya,” Kiyoharu terdiam sebentar. ”Tadashi-kun, kau tahu dia biasa ke onsen yang mana? Berikan padaku alamat onsennya.”

***

Ryutaro menuju ke sebuah onsen. Ia hanya ingin sedikit menenangkan dirinya. Lagi-lagi berita tidak enak yang sampai ke telinganya. Inilah yang ingin ia hindari bila ia bersama dengan Kiyoharu. Ada sekelompok orang yang menuduhnya berusaha meraih popularitas dengan mendekati Kiyoharu. Ryutaro melepas seluruh bajunya kemudian berendam di dalam onsen itu. Rasa hangat dari air panas di onsen itu memang membantu membuatnya merasa rileks. Ryutaro memejamkan matanya. Melepas semua beban yang dari tadi membebani pikirannya. Tapi entah kenapa ia justru teringat dengan Kiyoharu. Orang-orang itu tidak tahu bahwa Kiyoharu sendiri-lah yang lebih dulu mendekatinya. Kiyoharu-lah yang akhirnya membuka pintu hatinya lagi. Ryutaro tidak bisa memungkiri kalau ia sekarang jadi benar-benar menyukai Kiyoharu.
”Kau tidak keberatan kan kalau aku juga ikut berendam disini?” tegur seseorang.
”Silakan saja,” Ryutaro masih memejamkan matanya, tapi ia kemudian merasa kalau suara orang yang menegurnya tadi begitu familiar di telinganya. Ryutaro membuka matanya dan kaget melihat Kiyoharu sudah berada tepat di sampingnya.
”Kiyoharu-san!” Ryutaro nyaris bangun dari posisinya. ”Kenapa kau ada disini?”
”Kebetulan saja aku ingin disini,” jawab Kiyoharu.
Ryutaro menatap Kiyoharu lagi, memastikan bahwa ia tidak sedang berhalusinasi atau bermimpi. Jantungnya berdetak kencang begitu mengetahui orang yang ada dalam pikirannya justru ada di hadapannya sekarang.

***

”Kau sering kesini sendirian?” tanya Kiyoharu.
Ryutaro hanya menganggukkan kepalanya.
Kiyoharu dapat melihat bahwa Ryutaro sebenarnya sedang menyembunyikan sebuah beban tersendiri dalam pikirannya. Ia sendiri juga sudah mengetahui tentang orang-orang yang menggosipkan kedekatan mereka dan menuduh Ryutaro hanya ingin menumpang ketenarannya.
”Tidak usah dipikirkan berita murahan seperti itu. Apapun yang kita lakukan pasti ada saja orang-orang yang tidak menyukainya,” hibur Kiyoharu.
”Tapi....” Ryutaro terlihat tidak tenang.
”Yang penting adalah apa yang kau percayai, bukan apa yang dikatakan orang lain terhadapmu. Karena hanya kau sendiri yang mengenal dirimu. Orang lain hanya bisa menilainya dari luar. Yang jelas aku akan selalu mendukungmu,” jelas Kiyoharu.
Ryutaro terdiam. ”Mungkin ada benarnya juga kata-katamu itu,” gumamnya kemudian.
”Satu hal lagi,” ujar Kiyoharu.
Ryutaro menatap Kiyoharu, menunggunya melanjutkan kata-katanya.
”I love you,” Kiyoharu tersenyum.
Ryutaro menatap Kiyoharu dengan tidak percaya. ”Dan Puratori juga kan?”
”Tidak. Kali ini hanya dirimu,” Kiyoharu meraih wajah Ryutaro dan mencium bibirnya. Ryutaro sendiri berusaha mengelak namun ia tidak dapat menyangkal bahwa ia juga menginginkan hal ini. Karena itu ia hanya bisa diam tanpa berusaha menolak Kiyoharu lagi. Kiyoharu merangkul leher Ryutaro, membelai rambutnya dan melakukan deep kiss pada Ryutaro. Ryutaro masih tidak menolaknya. Tapi ketika tangan Kiyoharu mulai berada di daerah sekitar pahanya dan mulai mengarah ke bagian atas, Ryutaro langsung mencipratkan air panas ke arah Kiyoharu. ”Dasar sukebe!” protesnya, membuat Kiyoharu tertawa.
”Lain kali kita lanjutkan di kamar ya,” goda Kiyoharu, membuat wajah Ryutaro memerah.
”Entah kenapa aku bisa menyukai orang sepertimu,” gumam Ryutaro sambil agak menjauh.
Kiyoharu masih tersenyum melihatnya. Ia sama sekali tidak menyadari pertemuannya dengan Ryutaro di dekat petshop justru membawa perubahan baru dalam hidupnya. Ia kemudian kembali mendekati Ryutaro dan menggoda Ryutaro. Dalam hati, Kiyoharu merasa senang karena akhirnya ia bisa bersama Ryutaro. Tentunya hubungan mereka setelah ini akan lebih dari sekedar teman biasa.

THE END

No comments:

Post a Comment